Senin, 23 September 2013

Senin, 16 September 2013

Rangkaian kontrol kipas angin ac 220 V

salam gan,,,,,malam ini gak da kerjaan ne,,,,,bingung mawu share apa yang bisa bermanfaat
elektronik aja deh,,,,,,bagi yang mawu nanyak2 tentang eledktronik boleh dong kunjungi blog aku,,,,soalnya aku perlu juga orang yang lebih pintar tentang elektro,,,,,
ini adalah rangkaian pengatur kecepatan kipas angin,,,,,,,
rangkaian nya sudah aku coba     100 % bekerja.....siapa yang berminat bawak pulang aja

Sabtu, 27 Juli 2013

RAHASIA TIPS DAN TRIK PADA RANGKAIAN POWER AUDIO AMPLIFIER


Rangkaian power amplilfier dari dulu sampai sekarang tidak banyak mengalami perubahan. Ada yang bilang rangkaian ini bagus, rangkaian itu bagus tapi pas dirakit
dan dites ternyata hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Masalah yang ada biasanya
treble kurang halus, suara kurang kenceng, suara pecah, dengung,
dites ditengah lapangan suara bass hilang. jadi kita tidak harus percaya omongan orang 100%. Kualitas amplifier built-up pasti berbeda jauh dengan amplifier rakitan, rangkaian boleh sama  tapi kualitas akan bergantung pada siapa yang merakitnya.

Berikut ini ada beberapa trik yang perlu dicoba.

MENGATASI DENGUNG:
Power amplifier blazer sering dipakai dilapangan. Tapi anda jangan langsung tertarik pada power ini, rangkaiannya agak rumit & susah dimengerti mencerminkan kecerdasan orang yang pertama kali mendisainnya. Menurut saya power yang bagus adalah power yang sederhana, murah, mudah dirakit dan rasional. Kita tidak perlu menggunakan komponen dengan harga mahal seperti kapasitor tantalum, power mosfet dan yang mahal lainnya. ini tidaklah menentukan sekali kualitas dari power amplifier yang kita rakit. Power besar kadang menimbulkan dengung, untuk mengatasinya yaitu dengan memisahkan antara ground sinyal (ground soket, ground casing) dan ground power.

SETING TRIMPOT ARUS IDLE:
Putar trimpot arus (jika ada) sampai mengalirkan arus sebesar 50-100mA pada tiap transistor power, tujuannya untuk  menghindarkan cacat treble pada posisi volume di atas jam 10. Resikonya heatsink jadi panassss! (ini tanda setingan klass A-AB)

MENGATASI SUARA LOYO/KURANG KENCENG:
Gunakan rangkaian pre-amp untuk menaikkan sinyal minimal sebesar 2 kali. biasanya dan seharusnya rangkaian pre-amp ini menggunakan IC op-amp dengan supply minimal +12V -12V. Naikkan nada mid-nya! Rahasianya bukan di nada mid-nya saja tapi sinyal output dari IC op-amp biasanya besar.

TREBLE PECAH:
Treble yang berlebihan akan merusak power amp, tenaga bukannya keluar malah ngedrop. Mengatasinya, bisa menggunakan crosover atau limiter. Pada amplifier rakitan, pasang kapasitor filter 1nF pada input power amp ke ground untuk menjamin sinyal tidak cacat. Gunakan selalu komponen aktif yang berkualitas seperti IC dan transistor.
Gunakan kabel yang besar dan sependek mungkin, terutama untuk kaki transistor power, dan sebaiknya transistor ini langsung disolder ke pcb.

BASS HILANG DI LAPANGAN:
Biasanya masalah ada di desain model bok speaker dan penempatannya. Coba gunakan driver speaker yang mempunyai diameter spul besar (2-3") dipasang dengan ukuran  bok yang cocok. Biasanya disertakan contoh parameter dan referensi dimensi bok, tetapi referensi box yang diberikan tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan, tidak hanya pada ACR, Kicker Subwoofer pun begitu. Ukuran bok biasanya lebih besar dari bok -bok yang dijual di pasaran. Dinding bok harus tebal, kuat dan harus diLEM!!! Bok yang dilem dengan yang tidak akan beda suaranya, terutama nada bass, buktikan!!! Baca juga Power OCL modif untuk speaker 15" & 18"

PEMILIHAN KOMPONEN:
KAPASITOR SUPPLY...
Biasanya power untuk lapangan menggunakan supplay trafo 50V CT 50V, atau minimal 42V ct 42V. Semakin besar tegangan supply semakin besar watt yang tersalurkan walaupun di rangkaian cuma tertulis 300-400 Watt saja. Tentu saja ini menggunakan kapasitor elko dengan voltase 80-100V. Kapasitor 10.000uF/100V akan sama dengan 4X10.000uF/50V.
Usahakan untuk menggunakan elko yang kuat di temperature 105 ‘C. Kapasitor ini kuat di supply lebih dari voltase nominal yang tertulis di badannya, biasanya dilebihkan sebesar 25%. Sebagai contoh kapasitor 4700uF/50V 105’C akan sama dengan 4700uF/63V 85’C. Supaya elko ini tidak cepat meledak jika diberi tegangan penuh, usahakan temperaturnya sedingin mungkin.
Ukuran kapasitor biasanya sekitar 2x4.700uF untuk tiap speaker. Stereo amplifier 4x10.000uF.

SENSOR PANAS
Berupa transistor, transistor ini biasanya bertipe MJE340 atau bisa juga BD139 letaknya ada ditengah, diapit oleh sepasang transistor yang bermodel sama. Transistor ini harus dipasang pada  main heatsink untuk  mendeteksi panas yang dihasilkan oleh transistor power. Kerjanya untuk menurunkan arus bias pada saat heatsink panas. Terus kenapa heatsink dan transistor power harus diset diposisi panas? Ya tujuannya tidak lain untuk menghindarkan sinyal dari cacat (di kelas A atau AB), dengan konsekuensi panas. Kelas ini tidak perlu dan tidak akan terasa jika kita hanya menginginkan nada bass saja. Tujuan seting pada. kelas AB adalah suara tetap jernih walaupun volume diputar diposisi maksimal (di tengah lapangan). Rasanya tidak mungkin, tapi ini lebih mendekati.

HEATSINK YANG BERUKURAN BESAR
Bukan hanya kapasitor elektrolit yang lebih mudah meledak di temperatur tinggi, transistor power juga bisa break jauh di bawah tegangan break aslinya. Sebagai contoh transistor 2SC5200 mempunyai tegangan break sebesar 230Vdc, tetapi jika temperaturya tinggi maka nilai tegangan break-nya akan turun jauh di bawah nilai ini, akibatnya transistor cepat rusak. Penggunaan heatsink dan kipas pendingin sangat penting bukan hanya untuk menurunkan panas, lebih dari itu dapat menghindarkan transistor dari break/rusak dan output yang melemah. Semakin panas temperatur maka akan semakin kurang kemampuannya. Penggunaan pendingin ini diharapkan agar komponen tetap fresh, fit dan tahan lama.

TRANSISTOR POWER
Banyak sekali tipe dan model transistor ini, sebagai contoh MJ15003-4 & MJ15024-5 dari Motorola, tapi sayang komponen ini sudah tidak diproduksi oleh Motorola lagi tetapi dari ON semiconductor. Hanya beda merek bisa mengurangi kualitas. Transistor model jengkol biasanya lebih kuat di temperature tinggi, mungkin karena lebih kedap udara. Menurut beberapa teman, karakter dari transistor jengkol ini lebih kuat ke middle, terutama kalau sudah panas.

2SC5200 dari Toshiba, transistor ini dalamannya sama besar dengan Sanken 2SC2922, dan keduanya akan break jika temperaturnya terlalu panas. 2SC2922 Sanken mengeluarkan butiran-butiran timah jika dipanaskan, ini kelemahan.
2SC3281, transistor ini paling populer, paling linier di temperatur dingin-hangat dan sering dipakai pada  professional amplifier, tetapi Toshiba tidak lagi memproduksinya, gantinya ya C5200. Jika  transistor C3281 masih ada di pasaran, maka itu kemungkinan besar adalah palsu!!!
Karakter Sanken 2SC2922 diakui paling empuk. Toshiba 2sC5200 low juga dan paling banyak disukai karena karakternya dianggap paling linier dan cocok dengan selera telinga audio diyer.

TRANSFORMATOR
Ada dua model transformator yang sering dipakai, yaitu model EI (kotak/konvensional) dan model Toroid (Cincin/donat). Ada yang bilang trafo model toroid lebih bagus karena memiliki kobocoran fluk yang lebih kecil, pada kenyataannya sama saja, atau mungkin radiasi toroid lebih besar. Rangkaian-rangkaian yang sensitive terhadap flux ini adalah rangkaian yang berpenguatan tinggi seperti pre-amp head dan pre-amp mic. Rangkaian ini biasanya dipasang horizontal/datar sejajar dengan susunan kawat email trafo konvensional sehingga rangkaian menerima dengung yang lebih besar. Berbeda dengan trafo model toroid yang kawat emailnya tersusun secara vertical sehingga kawat-kawat ini tegak lurus dengan kit-kit rangkaian.
Efeknya adalah fluk yang di terima kit pre-amp head lebih kecil. Untuk mengatasi agar fluk ini tidak  masuk ke rangkaian adalah dengan men-shelding/ membentengi dengan plat berbahan aluminium padat kedap oksigen. Plat ini tentu saja dihubungkan ke ground melalui kabel. Untuk menyamai transmisi fluk secara vertical, trafo konvensional perlu di pasang miring (sisi samping dijadikan sisi bawah) sehingga susunan kawat trafo tegak berdiri, cara ini sering dipakai pada power2 built-up. Ini membuat kita harus memilih casing yang tinggi.

Tegangan 50V CT 50V bisa didapatkan dengan menggabungkan 2 transformator 25VCT25V, CT tidak dipakai, kaki 25V dijadikan 50V sehingga kaki satunya menjadi CT, sehingga jumlah total adalah 100V atau 50VCT50V. Ini pantas dipakai untuk pwr amp berdaya di atas 400Watt.

Untuk keamanan, speaker berdiameter 6" biasanya disupply dengan trafo 12v ct, speaker 8" dengan tegangan 18v ct dst. Untuk home audio, nominal arus pada transformator minimal 1/4 dari nominal tegangan trafo, dan arus nominal untuk audio pro 1/2 dari tegangan trafo, cukup besar kan?.

FUSE
Sifat rusaknya bahan semikonduktor/transistor power amplifier adalah short, jika menggunakan supply yang cukup tinggi maka rusaknya satu transistor ini akan mengajak pasangannya untuk  rusak pula. Agar rusaknya transitor ini tidak berjamaah perlu adanya  pemasangan sekering. 1.5A per power transistor dirasa cukup.

PENULISAN DAYA AMPLIFIER
Sebesar apa pun amplifier yang kita punya hanya disarankan untuk main di beban 4 Ohm atau 2 speaker /channel, stereo amplifier jadi 4 speaker. Kita ambil gampangnya, amplifier yang ada tulisan 2 x 600 Watt, speaker yang cocok adalah speaker yang ada tulisan 600 Watt juga, ini lebih aman. Kalau daya amplifier lebih besar dari nominal daya speaker, ada kemugkinan speaker bisa rusak. Rangkaian protection yang ada di dalam amplifier tidak bisa  mengamankan masalah ini.

Beda diameter speaker atau beda nominal daya beda pula kekuatan amplifiernya. Biasanya operator sound lebih cari gampang.  Speaker 4 x 12" di drive dengan satu stereo amplifier (2 x 400-600Watt). Speaker 4 x 15" di drive dengan stereo amplifier 2 x 800 Watt, tiap kelipatan 4, dst

Selasa, 23 Juli 2013

memang hidup bukanlah hal yang enak,tapi apalh daya kalau namanya manusia.
hati kita akan berubah oleh lingkungan yang berbeda
namun kita harus menyadari bahwa yang diataslah yang paling berkuasa
ilmu adalah anugerah darinya sudah semestinya kita berbagi.
selamat dan sukses kepada semua teknisi,,,,salam gan teruslah berkereasi,,,,,

Memperkuat Transistor Horisontal output


Agar TR H-out lebih Kuat.

Jumpa lagi sobat..
Di pertemuan kali ini Kharisma akan memberikan trik sederhana untuk sobat,

Karena sulitnya mencari transistor yang orisinil di saat ini, banyak sobat teknisi akhirnya mencari cara lain agar hasil kerjanya bisa maksimal. Salah satunya yang akan sobat baca di bawah ini.

Kita akan bahas tentang tansistor horizontal output yang sering mati padahal komponen lain sehat. Ini mungkin di sebabkan karena transistor yang dipasang kualitas nya kurang baik. Kalau memang tidak ada yang orisinil, paling tidak sobat tidak menggunakan transistor murahan, sebab murah pun akan jadi mahal kalau cepat rusak dan akhirnya kita harus beli lagi.
Mungkin trik ini akan jadi alternative sobat kharisma
Sediakan sparepart dibawah ini :
· Transistor Horizontal output, contohnya D1877, D2499, D1555 usahakan yang bagus.
· Transistor Regulator, D1710, D2498 usahakan yang bagus.
· Resistor 100 Ohm ½ watt
· Diode IN 4148.
Selanjutnya sobat rangkai komponen di atas seperti gambar dibawah ini:
Yang di dalam kotak merah adalah rangkaian aslinya, jadi sobat tinggal tambahkan transistor regulator, resistor dan diode.


Keterangan gambar :
1. Basis
2. Colector
3. Emitor.
Kalau awalnya basis ada di pin1 Tr H. out, sekarang ada di pin1 Tr Regulator. Sedangkan letak Collector dan Emitor tetap di pin2 dan pin3 Transistor Horizontal output. Sobat pasti paham.
Periksa juga komponen pendukung lain, kalau meragukan sebaiknya sobat ganti saja dengan yang baru.

Cukup untuk kali ini. Kalau sobat ada saran, masukan, pertanyaan tulis aja di bawah posting ini oke. Sampai jumpa di posting berikutnya. Terimakasih atas kunjungan nya

CARA MENGUKUR TEGANGAN PADA TELEVISI

kembali lagi gan bersama saya di sini,,,ini cara mengukur tv bro,,,,

Langkah Pengukuran Tegangan Tv.

Jumpa lagi sobat, kali ini Kharisma akan membahas langkah demi langkah cara cek tegangan tv. Mungkin banyak dari sobat teknisi yang sudah paham. Tapi bukankah kita harus berbagi?, nyataannya ada saja sobat Kharisma yang berkunjung dan mengetikkan kata kunci "cara cek tegangan tv" di kotak pencarian artikel (sebelah kanan atas).
Sejak seminggu yang lalu sebenarnya artikel ini sudah masuk di draf Kharisma Elektrtik, karena ada sedikit pembenahan jadi tertunda. Karena itu baru sekarang artikel ini publikasikan.
Baiklah Kita menuju ke topik.
Tujuan mengukur tegangan tv tentu di maksudkan untuk mengetahui penyebab kerusakan tv dengan melacak tegangan yang tidak normal lantas menentukan tindakan perbaikan, betul...?(btul..btul..btul..)

Cara mengukur tegangan tv dengan menggunakan multi tester/avo meter:
Pertama hubungkan pena kabel hitam(-) ke jalur ground negatif mainboard tv/mesin tv disekitar trafo Switching bagian skunder atau bisa dengan cara menyelipkan di kawat yang melintang tanpa pembungkus pada tabung CRT. Lalu gunakan pena kabel merah tempelkan untuk mengukur tegangan positif dan ikuti langkah-langkah dibawah ini:
  • Tegangan 180v terdapat pada kaki +/positif elko 250v di PCB RGB di belakang tabung.
  • Tv 14"=21" Tegangan 110v terdapat pada kaki/pin B+ Flyback/FBT di jalur yang menghubung ke Elco 160v
  • Tv 25"-29" Tegangan 130v terdapat pada kaki/pin B+ Flyback/FBT di jalur yang menghubung ke Elco 160v
  • Tegangan 12v terdapat pada kaki paling kanan IC 7812.
  • Tegangan 5v terdapat pada kaki paling kanan IC 7805.
  • Tegangan 33v terdapat pada kaki Tuner blog, cari yang ada tulisan B+


Sedangkan untuk tv cina, gunakan ground di mainboard untuk menempelkan pena kabel hitam multi tester agar hasil pengukuran lebih akurat.
Posisi knop atau skala multi tester sebagai berikut:
  • Gunakan skala 250 DCV untuk mengukur 80v-250v.
  • Gunakan skala 50 VDC untuk mengukur 12v-40v.
  • Gunakan skala 10 DCV untuk mengukur tegangan 1v-9v.
Cara mengukur tegangan Defleksi yoke/konde adalah:
Dari yoke horisontal = Vcc 110v DC, AC-nya bisa 1000v dengan colok pena merah di pindahkan di output dan di gunakan seperti pada dB meter.
Dari yoke vertikal 24/DC, untuk IC tegangan 120v/AC (menggunakan dB meter)

Cara mengukur tegangan Flyback dalam hal ini adalah:
Pada pin Flayback/FBT Vcc kolector;110v DC, AC-nya bisa 1000v.
Pada pin Flyback/FBT Vcc filement/heater sekitar 5v sampai 5,5v/AC.
Pada pin Flyback/FBT tegangan anoda 20-32k volt diukur dengan probe HV 40kv yang ditambahkan pada multi tester
1000v DC, kalau saran saya untuk yang ini tidak usah diukur bila tidak terpaksa.
Pada pin Flyback/FBT tegangan Focus +/- 600v DC
Pada pin Flyback/FBT tegangan Screen =/- 400v DC
Pada jenis tv tertentu untuk tegangan RGB 180v mengambil dari kaki/pin out Flyback, dan ada juga yang berasal dari power suply tv. Demikian juga untuk tegangan vertikal 24v sampai 46v, lalu 12v sampai 18v.

Sampai disini tentu sobat mengerti, untuk mengukur tegangan tv juga diperlukan pemahaman cara kerja tv dan dimana asal dan letak tegangan yang mau diukur. Mungkin kita akan membahas lebih dalam lain kali.

Jika belum menemukan apa yang sobat cari, bantu kami dengan mengisi kolom komentar yang ada dibawah agar kami dapat menampilkan artikel yang tepat untuk sobat semua. Dan bergabunglah dengan menjadi "Pembaca Setia" disebelah kanan.
Sampai disini dulu sobat, semoga artikel ini bermanfaat.
Terima kasih atas kunjungan sobat, dan sampai jumpa.
DAFTAR TEGANGAN DI SETIAP TITIK PENGUKURAN pada tv
Nilai Tegangan
Titik Pengukuran
220 Volt ACKaki trafo filter atau kabel AC
300 Volt DCElco bagian power supply yang fisiknya paling besar
B+ 90V/115V/125V/135VDC*Elco setelah bagian power supply yang fisiknya paling besar
VCC IC Program 5 Volt DC-      IC memory pin 8-      Input IC reset 7045
Power on/off. Nol atau 5 volt DCIC program pin power atau pin stby atau pin on/off
Reset IC program 4.5V DCOutput IC reset atau IC program pin reset
H start atau H VCC, VCC start,   8V/9V/12V DC *IC croma, atau IC one chip, atau IC Jungle, beda nama barang sama
Driver Horisontal 15V/75V* DC-      Trafo driver horizontal-      Colector Transistor driver
Heater 4.5V – 6,3V AC *Soket tabung pin heater
Katoda RGB 75 – 125V DC*Soket tabung pin KR, KG, KB
G2 atau screen 300-400V DC*Soket tabung pin G2/screen
BM/B+ tuner 5V//9/12*Tuner pin BM/B+
AGC 4.5 – 8V DC*Tuner pin AGC
VT/BT tuner 0 – 33V DCTuner pin VT/BT
VCC IC vertical 12 – 24*IC vertical pin VCC
IR sensorDi sensor remote pin IR

JENIS KERUSAKAN TV CHINA


1. Kerusakan Power suply 
  • TR jebol/short karena suhu yg terlalu panas dan juga karena ada komponen pendukung yg rusak seperti elco.
  • Gunakan TR yg paling sesuai  Seperti D2498/D1710/C5088(14, 20 dan 21 inch), C5296, C5297, C5299 untuk 29 inch dan TR drivernya C3807/ C2655.
  • Tegangan naik, R 47K, 100K, 150K Pada rangkain Adjusment putus/melar.
  • Pertama start tegangan normal lama2 tegangan naik, TR A1015 yg sudah melemah.
  • TR A1015 short mengakibatkan power suply tidak bekerja / swicth, sering karena kena radiasi petir.
  • Kadang TV bisa hidup kadang drop, kadang hidupnya gambar menyempit dan tidak sinkron, ganti Trimpot 2K2.
  • Pertama On TV bagus setelah beberapa detik layar menutup seperti IC vertical rusak terus membuka dan seterusnya scara bergantian, kerusakan pada dioda IN4148 untuk tegangan umpan balik.
  • Tegangan tidak mau keluar padahal semua komponen bagus, ganti optocoupler.
  • Tegangan Drop dan bergetar disertai bunyi derik pelan pada travo inverter, ganti optocoupler.
  • Kerusakan optocoupler juga mengakibatkan TR jebol.
  • Tegangan Drop bisa juga karena C 681 2kv hangus.
  • Tegangan normal, TV pun menyala normal TR tidak panas tapi tiba2 TR jebol disebabkan R1K2 putus untuk bias minus ke kaki basis TR drive C3807.
  • Elco kering sehingga TV tidak bisa ON / B+ drop, atau ada gangguan pada gambar.
2. Kerusakan pada coil IF gambar / AFT 
  • Gambar tidak tepat dan tidak bisa di auto search/ tidak nyimpan. Biasanya yg rusak bukan Lilitannya tetapi C nya dan bisa diganti dg C biasa yg ukurannya -+ 60pf, ada juga dengan 30pf.
  • Gambar tidak bisa disearch/tdk bisa menyimpan bisa juga karena kerusakan / kesalahan data di VIF.SYS.SW atau VIF38,9.

3. Gambar tidak mau sinkron 
  • AFC tidak ada masalah, ganti elco 1uf 50v kopel dari TV out ke TV in pada IC gambar. Begitu pula Video bila tidak mau sinkron karena lemahnya sinyal yg masuk.

4. Suara langsung besar 
  • Kesalahan pada data/pilihan STEREO OPTION.

5. IC eeprom rusak 
  • TV standby tidak bisa ON.
  • Pada tv China tertentu kerusakan data eeprom bisa mengakibatkan, Tv hanya bisa hidup, setelah hidup remot dan swicth tidak berfungsi dan OSD tidak muncul.

6. 
Hilang warna
  • Ganti elco 0,47uf 50v pada bagian croma (ini diluar kerusakan data)

7. Kerusakan IC gambar/bagian croma.
  • TV blank atau hanya blue screen tidak ada OSD.
  • Salah satu warna hilang, misalnya warna Hijau.

8. 
Tidak ada OSD dan tombol di TV tidak berfungsi (bukan Child lock). 
  • Cek R 150K dan TR C1815 pada jalur sinkronisasi vertikal. Biasanya sering putus R nya.

9. Kerusakan bagian Vertikal / Gambar segaris mendatar atau kurang lebar.

  • IC vertikal rusak atau Koslet biasanya dalam pengukuran tegangan 24v drop dan di outputnya tidak ada tegangan. Normal 12 -14 volt.
  • IC Vertical tidak bekerja karena tidak ada input / drive dari vert osc / drive. Biasanya IC adem2 saja dan pengukuran di output sama dengan Suplynya sekitar 24v.
  • Kerusakan komponen pendukung seperti Elco dan dioda dan yg lainnya. 
IC vertikal untuk TV China
  • LA78040 = STV9378  
  • STV9302 = TDA8172
  • LA7840 = LA7841/LA7835.

10. 
Kerusakan Flyback

  • Biasanya TR horizontal Juga Short (karena tidak ada system proteksi) dan Tegangan B+ jadi Drop atau hilang. Flayback mengeluarkan api atau pada pin ABL keluar HV sehingga R hangus walau diganti dg R yang baru masih tetap hangus.


بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

PERSAMAAN FLYBACK TV
















1. AKARI
 14" BSC 22 - 01N401
 14" BSC25 - 1194
 20/21" BSC25 - 4803T
 14" BSC22 - 2007 (B+125)
 20" BSC25-N0803A
COL_B+115V_NC_AFC_GND_H_ABL_NC

2. AKIRA
 14" JF0501 - 1901
 21" BSC23 - N0114
COL_B+115V_GND_185V_H_ABL_GND_16V_NC_24V

3. AKIRA Vert +14v dan -14v
 21" JF0501 - 19959
 21" BSC25 - 0235A
COL_B+115V_+14V_-14V_GND_H_AFC_ABL_NC_185V
 BSC25-4004A
 BSC25-N 0103
 BSC24-01N4004U
COL_B+115V_+14V_-14V_GND_H_AFC_ABL_NC_185V

4. AKIRA IC8893CPBNG
 21" BSC25-05N2135H
COL_B+115V_NC_NC_GND_H_ABL_0_180V_0

5. AKIRA / FUJITEC IC8893CPBNG
 21" BSC25 - 05N2135H
 21" BSC25 - N0379
 21" BSC25 - 3604V
COL_B+115V_NC_AFC_GND_H_ABL_180V

6. AKIRA CT-29TK9Ae
 JF0501-2202
Col_B+125v_Afc/Nc_-12v_+12v_Gnd_H_Abl_Gnd_180v

7. AIWA 14/20"
 84-L83-606-01
 FTK 14B011
COL_B+115V_24V_GND_185V_H_ABL_GND_AFC_12V

8. DETRON
 14" 154 - 164F
 20" 154 - 165D
24v_14v_B+115V_H_AFC_ABL_GND_185V_NC_COL

9. SHARP
 14" F0067PE
 20" F0069PE
COL_B+115V_24V_16V_NC_AFC_GND_H_185V_ABL


 21" F0147PE
COL_B+115V_GND_24V_12V_AFC_185V_GND_H_ABL
 14" F0193 / 21"F0194
Col_B+115V_GND_40V_12V_AFC_185V_GND_H_ABL

10. SHARP picollo
 14" BSC26 - 2631S / FA060 WJ - SA
 21" JF0501-32601 / A071WJ - A
COL_B+125V_GND_24V_12V_AFC_185V_GND_H_ABL
 29" FA100WJ / FA116WJ
Col_B+125v_Gnd_+14v_-14v_Nc_180v_Gnd_H_Abl

11. GOLDSTAR / LG
 154-177B
 154-064P
 6174-8004A
 6174Z-6040X
COL_185V_B+115V_GND_16V_24V_40V_ABL_H_AFC
 154-177E
COL_185V_B+90v_BOOST UP_25V_12V_GND_ABL_H_AFC

12. JVC
 21" BSC25 - 0262
COL_B+115V_AFC_NC_24V_GND_H_ABL_185V_ GND

13. JVC AV20NX
 21" JF0501 - 3241 / QQ0189 - 001
Col_B+115v_ AFC_-12V_+12V_Gnd_HT_ABL_185v_Gnd

14. FUJITEC lama
 14" bsc22 - 2314H
 JF0501-1903
 FCM14A032
 KFS 60844
COL_B+115V_180V_16V_24V_H_GND_ABL_AFC_NC

15. PANASONIC lama:
 TLF14695F/Alpha Gold
 TLF 15610 F
 TLF 15611 F
 KFS60844
Col_B+_Gnd_PS sink -_25v_Ht_185v_Abl_Nc_PS sink+
 20" TLF 4N052
Col_B+115v_Nc_24v_H_180v_Gnd_Gnd (R2W 1 ohm)_16v_ABL
 ZTF N82014B
Col_B+140v_Nc_+16v_Gnd_H_Gnd_ABL_-16v_ 180v
 21" G4GAM3F2
Col_B+90v_180v_Nc_Nc_Nc_Nc_Abl_Gnd_Ht
16. SANSUI
 JF051 - 1206
 JF0501-1204
COL_B+115V_185V_16V_24V_H_GND_ABL_AFC_NC

17. LG
 20": 6174 - 6006E
Col_185v_B+115V_Gnd_-14v_+14v_Gnd_ABL_H_AFC
 21" 6174V-6006H (Flat & Super Slim)
 21" BSC24-3366J (Super Slim)
COL_185V_B+115V_GND_Nc_24V_Nc_ABL_H_AFC
 29" 6174Z - 5003A
Col_B+115v_+14v_-14v_200v_Gnd_Nc_28v_ABL_H

18. LG ultra Slim
 21" BSC25-N0363
 29" BSC26-N2138
Col_B+115V_+14V_-14V_200V(Video)_Gnd_Inner_26V_Abl_H

19. LG super slim
 6174913002A
 BSC24-3366J
COL_185V_B+115V_GND_Nc_24V_Nc_ABL_H_AFC

20. TOSHIBA
 14" TFB 4067 BD
 21" TFB 4125CH
 29" TFB 4086A
 21" TFB 4213AG (Flat)
COL_B+115V_185V_GND_NC_24V_12V_ABL_H_AFC

21. POLYTRON / DIGITEC
 20" FCM 20 B 061N
 21"JF 0501- 19577
 COL_B+115V_GND_NC_185V_H_NC_ABL_+12V_-12V
 21" JF0501-195913
 21" FTK-21R011UN
Col_B+115V_Gnd_185v_Nc_H_25v_Bcl_12v_Afc

22. POLYTRON lama
 14" FCK 14A006
 20" FCM2015H
 20" FTK21R002
NC_NC_GND_185V_16V_H_24V_ABL_B+115V_COL

23. SAMSUNG
 FSV 14A004
 FSV14A001
 FSV20A001
16,5V_AFC_H_24V_180V_GND_NC_ABL_B+125V_COL

24. SAMSUNG
 FOK14A001
 FSV-14A004C
 FSV-14A004H
 FSA-38031M
 FSA 173 B
 AA26-002101A
 FOK14A001
+16,5V_24V_H_-16V,5_185V_GND_NC_ABL_B+125V_COL
 14/21" Flat FOK14B001
Col_NC_B+123V_NC_200V_Gnd_H_-16,5V_+16,5V_ABL

25. TV China
 BSC 25 Z 603F
 BSC 25 - 4813A
TP1_COL_TP2_B+115v_TP3_TP4_GND_H_ABL_NC

26. TV China
 BSC 25 - 2004PR
COL_B+115v_NC_AFC_GND_H_ABL_NC_TP1_TP2
 BSC24-01N4014K
 BSC25-T1010A
T1_COL_T2_B+115v_T3_T4_GND_H_ABL_180V

27. SANYO
 21" L 40 B 15300 / L40B17100
 JF0501-32639 (SANYO SLIM 21")
COL _B+115V_NC_185V_AFC_ABL_NC_LOW B_H_GND

28. SANYO SLIM FLAT 29"
 BSC26-2629S part no: ILB4L40B07500
Col_B+140v_Nc_Video 185v_Afc_Abl_Nc_Low B_H_Gnd
Tr Hor D2634

29. TCL
 21" BSC 25 - 0299D
 JF0501-1914
 BSC25 - 0231
 21" BSC25-0284C
 BSC 66G (124-3810)
 BSC25-0211
 JF0501-1909A
 JF0501-1214
185V_COL_AFC_B+115V_12V_24V_ABL_GND_NC_H

30. TV China
 BSC 25 Z 603F
 BSC 25 - 4813A
 BSC 25 - N1003A
 BSC25 - N0608
TP1_COL_TP2_B+115v_TP3_TP4_GND_H_ABL_NC(180V)

31. TV China
 29" BSC26 - 3606A
Col_B+115V_NC_AFC_GND_H_ABL_T1_T2_T3
 29" BSC28 - N2329
Col_TP2_B+115V_GND_185V_NC_NC_ABL_H_AFC

32. TV SAMSUNG
 29" FUH29A001 (B+ 135v)
 SAMSUNG FLAT SLIM 29" JF0501 - 91911 (FQH29A003) (B+125v)
 21" SLIM FQH21A004 / BSC25-0217G / AA26-00305A / FUH29A001B (S) (B+120/125V)
COL_NC_B+125V_NC_200V_GND_H_-16,5V_+16,5V_ABL

33. KONKA
 14" BSC25-2023S
 21" BSC25-2666S
 20" BSC25-0111
 14" BSC25 - 0106
COL_185V_B+115V_GND_AFC_14V_ABL_H_NC_NC
 21" BSC25-0146
Col_185v_B+115_Gnd_Nc_Nc_Abl_Ht_Gnd_Afc

34. SONY
 8-598-858-00
 8-598-831-00
 8-598-811
 1-453-284-11
COL_B+_200V_H_GND_-13V_GND_+13V_NC_ABL

35. SONY Trinitron
 29" 1-439-423-32
H1_H2_180v_B+_Col_14V_Abl_Nc_26v_Nc_Gnd

36. RCA
 14" 6174Z - 8006A
B+110_Col_6.5V_Gnd H_H_Abl_-12V_Gnd_180v_+12v

37. PHILIPS
 29" JF0501 - 9185
 BSC25 - N2319
 BSC25 - N2911
Col_B+125v_180v_Afc_H_8v_12v_ABL_45v_Gnd

38. SANKEN
 21" BSC24-01N4004U
 JF0501 - 19959
 BSC25 - 0235A
 BSC25-N 0103
Col_ B+115_+14V_-14V_Gnd_Ht_Afc_Abl_Nc_180v

Selasa, 28 Mei 2013

lampu hemat energi

LED Berdaya Besar

LED (Light Emitting Diode) digunakan hampir pada sebagian besar perangkat elektronik seperti televisi, radio kaset, alat musik, alat kesehatan, perangkat pengujian, otomotif, dan lain-lain, sebagai lampu isyarat atau indikator.
LED mempunyai banyak keunggulan ketimbang lampu lainnya seperti: Mempunyai umur pakai yang sangat panjang, membutuhkan daya listrik yang sangat kecil (hemat energi), respon kerja yang sangat cepat dan baik.
Pada tahun 1999 Philips Lumileds Lighting Company menemukan LED yang diharapkan dapat menggantikan fungsi lampu yang biasa digunakan untuk penerangan. LED tersebut mengeluarkan cahaya yang sangat terang dengan warna putih. LED tersebut dinamakan LUXEON. Kantor R&D Lumileds berlokasi di San Jose dan Penang (Malaysia).
Kehadiran LUXEON ini membuat berbagai peluang baru dalam aplikasi yang membutuhkan cahaya terang dengan ukuran yang kompak. Sudah dapat kita temukan yaitu pada Lampu Flash Handphone Camera, terlihat pada saat flash padam, akan terlihat berwarna kuning. Saat ini Philips sedang terus mengembangkan LUXEON untuk menggantikan lampu rumah tangga dan perkantoran. Bisa dibayangkan terangnya.
Saya sempat menemukan LUXEON yang berdaya 1 watt, bentuknya menempel pada Base berbentuk seperti bintang, atau sering disebut LUXEON Star, saat ini (10/2006) dijual dengan harga sekitar rp.75.000 per buahnya.

Baru-baru ini saya mendapatkan bingkisan dari sahabat saya, LUXEON dengan daya 3 watt, sering disebut sebagai LUXEON Emitter.
Dikarenakan dayanya yang besar, LUXEON memerlukan pendingin (HeatSink) yang ditempelkan pada bagian belakang LED tersebut. Jika temperatur berlebihan, maka LED tersebut akan cepat mati/rusak.
Terlihat pada bagian bawah LUXEON Emitter terdapat plat besi sebagai penyalur panas untuk ditempelkan pada Pendingin (HeatSink).
Sayang sekali, LUXEON membutuhkan masukan tegangan dan daya yang cukup kritis.
Dibutuhkan tegangan masukan sebesar 3,2volt dan daya konstan sebesar maksimum hingga 350mA (untuk 1watt) , 700mA (untuk 3watt).
Aplikasi yang hanya menggunakan resistor sebagai pembatas tegangan seperti LED pada umumnya tidak disarankan untuk LUXEON ini, ketika mendapatkan daya yang sangat besar, membuat LUXEON rusak.
Foto di atas adalah aplikasi LUXEON dengan hanya menggunakan resistor, dan terbukti ketika dihubungkan dengan masukan arus yang terlalu besar membuat salah satu LUXEON mati seketika.
LUXEON DRIVER
Saya teringat IC regulator yang dapat berfungsi ganda, sebagai Pengatur Tegangan juga bisa digunakan sebagai Pengarus Arus konstan, yaitu IC LM317.
IC ini cukup murah, berkisar Rp 2.000 – Rp 4.000,- dan beberapa komponen pendukung lainnya yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 20.000,-
Â
Skemanya saya coba desain sebagai berikut:
Dengan Trimmer Potensiometer, dibantu Volt Meter, kita set hingga mempunyai tengangan output 3,2volt.
Arus yang keluar dari rangkaian ini adalah 560mA.
LUXEON Emitter saya rekatkan pada pendingin (Heatsink) bekas pendingin Prosesor komputer.
Jadilah rangkaian uji coba ini sebagai berikut.
Nah saatnya melihat cahaya LUXEON berdaya 3Watt ini..
Hasil yang saya cermati, cahaya sangat terang untuk sebuah led, bahkan bisa dikatakan cahayanya seperti penggunakan lampu neon putih.
Sempat terpikir, bagus juga untuk menggantikan lampu kabin mobil, lampu belajar, dan lain-lain.
Ternyata tidak sepanas yang dikira… Jadi Heatsink yang digunakan terlalu besar untuk LED tersebut. Walau tidak begitu panas, Tetap memerlukan Pendingin.

Rangkaian Alat Bantu Pendengaran

Rangkaian Alat Bantu Pendengaran

Sebenarnya rangkaian alat bantu pendengaran ini digunakan pada orang-orang yang cacat telinga. Alat ini diperuntukkan bagi mereka yang pendengarannya terganggu (agak tuli). Hal ini bisa terjadi karena faktor usia atau karena sebuah kecelakaan sehingga telinganya tidak bisa berfungsi dengan baik.
Setelah rangkaian alat bantu pendengaran ini dirakit dengan baik, untuk menggunakannya adalah dengan cara mencolok jack pada sambungan kabel dari radio atau tape recorder. Kemudian sakelar ditekan sehingga arus dari sumber tegangan mengalir ke seluruh komponen dan menghasilkan suara di earphone sesuai dengan bunyi pada sumbernya.
Gambar Skema Rangkaian Alat Bantu Pendengaran
Gambar Skema Rangkaian Alat Bantu Pendengaran
Daftar komponen :
C1, C2, C4, C5 = 8uF
C3, C6 = 8pF
R1 = 2K7 Ohm
R2 = 56K Ohm
R3 = 18K Ohm
R4 = 3K9 Ohm
R5 = 22K Ohm
R6 = 1K8 Ohm
R7 = 39K Ohm
R8 = 33K Ohm
R9 = 1K Ohm
R10 = 5K Ohm
R11 = 1K Ohm
R12 = 10K Ohm
R13 = 1K Ohm
R14 = 2K Ohm
Tr1 = OC70
Tr2 = BC70
Tr3 = OC70
Tr4 = OC71
B   = 3 Volt
M   = Mikrofon
LS  = Earphone
S   = Sakelar
J   = Jack
Agar dapat memperoleh suara maksimal, potensiometer diputar ke arah kanan. Suara yang keluar dari earphone akan terdengar lebih tinggi. Earphone adalah sejenis loudspeaker yang berukuran kecil dan biasanya ditempelkan /dicocokkan pada telinga. Selain dapat digunakan untuk mendengarkan musik, rangkaian ini berfungsi pula sebagai alat pemanggil. Caranya dengan menggunakan mikrofon yang dicolokkan pada jack. Sementara itu, earphone masih berada di telinga.
Bila tidak berfungsi sama sekali/tidak dapat dipakai berarti ada salah satu komponen yang rusak atau terpasang terbalik. Perlu diketahui bahwa rangkaian alat bantu pendengaran ini menggunakan empat transistor dimana transistornya ada yang berlainan jenis (beda).

Rangkaian Lampu Baca Otomatis

Rangkaian Lampu Baca Otomatis adalah rangkaian aplikasi elektronika dimana rangkaian ini bisa menghasilkan energi cahaya seperti halnya lampu pijar sebagai penerang ruangan atau kamar. Orang bijak bilang, buku adalah gudang ilmu.  Membaca buku memang salah satu kegiatan yang mengasyikkan, selain mendapatkan ilmu pengetahuan sekaligus sebagai hiburan. Bahkan membaca oleh sebagian orang dijadikan trik  supaya cepat terlelap tidur.  Tak heran jika banyak orang membaca buku (novel, majalah, dll) sembari menanti kantuk datang.
Guna melakukan aktivitas membaca di kamar tidur biasanya menggunakan lampu baca.  Persoalan lain timbul tatkala Anda tiba-tiba tertidur pulas sehingga lupa memadamkan (mematikan) lampu baca tersebut.  Dari segi ilmu ekonomi jelas Anda rugi karena dengan tidak memadamkan lampu baca berarti Anda tidak hemat energi.  Nah untuk mengatasi masalah ini maka terciptalahRangkaian Lampu Baca Otomatis. Gambar skemanya kami sajikan di bawah ini.
Gambar Skema Rangkaian Lampu Baca Otomatis
Berikut ini daftar komponen yang diperlukan :
R1 = 1K
R2 = 4K7
R3 = 10M
R4 = 1M
R5 = 10K
C1 = 470µF / 25V
C2- C4 = 100nF / 63V
C1 = 470µF / 25V
C2- C4 = 100nF 63V
D1- D4 = 1N4002
D5 = 5 mm LED warna merah
IC1 = CD4012
IC2 = CD4060
Q1 = BC  328
Q2 = BC 547
P1, P2 = Saklar
T1 = Transformator 9 Volt 1VA
RL1 = Relay 10.5V 470 Ohm 2A 220V
PL1 = Plug cowok
SK1 = Soket cewek

Rangkaian Lampu Baca Otomatis ini akan menyalakan sebuah lampu atau alat lain untuk waktu tertentu (misalnya 30 menit) dan kemudian mematikannya. Hal ini sangat berguna ketika Anda membaca di tempat tidur pada malam hari. Rangkaian ini akan  mematikan lampu samping di tempat tidur Anda secara otomatis setelah pembaca tertidur.  Biasanya untuk menunggu kantuk datang perlu waktu baca sekitar 30 – 60 menit. Setelah turn-on dengan menekan tombol P1, LED menyala selama sekitar 25 menit, tapi kemudian mulai berkedip selama dua menit, berhenti berkedip selama dua menit dan berkedip selama dua menit sebelum beralih lampu padam, sehingga menandakan bahwa tepat waktu baca ini segera berakhir. Jika Anda ingin memperpanjang bacaan, lampu  bisa mendapatkan lagi setengah jam cahaya dengan menekan P1.

Senin, 27 Mei 2013

DIODA sebagai penurun tegangan

Menggunakan DIODA untuk Menurunkan Tegangan Listrik. SIAPA TAKUT !!!



Saya ingin berbagi sedikit tip untuk menurunkan tegangan listrik menggunakan DIODA berdasarkan pengalaman yang pernah saya lakukan. Berawal ketika ada tugas memantau PRAKERIN siswa TITL disebuah Pabrik Gula yang sering digunakan siswa untuk praktek kerja industri, disana seorang pimpinan menunjukkan sebuah pemanas air (bentuknya seperti rice cooker tapi ukurannya buuueessar) dengan daya 2000 Watt dengan tegangan 110 VAC. Menurut pengakuan beliau pemanas air ini sudah lama tidak digunakan, karena tegangan jala-jala yang ada di pabrik sudah menggunakan tegangan 220 VAC.

Salah satu yang umum dilakukan untuk kasus diatas antara lain :
1.      1.  Mengganti elemen pemanas 2000 Watt 110 VAC dengan elemen pemanas 2000 Watt 220 Volt
2.      2.  Menambahkan trafo jenis Step Down ( sebagai penurun tegangan ) 220VAC menjadi 110VAC.

Dari kedua alternative diatas, memang bisa dilakukan tetapi biaya yang harus dikeluarkan juga mahal. Alaternatif yang saya gunakan adalah dengan menambah / memasang sebuah DIODA silicon dengan arus 25A yang dapasang secara seri pada salah satu kaki tegangan input.

Mengapa menggunakan DIODA ?
Dioda merupakan komponen semiconductor yang memiliki fungsi antara lain sebagai penyearah / rectifier. Atau dengan kata lain mengubah tegangan AC menjadi DC. Perhatikan gambar berikut :
 Dari teori salah satu sifat DIODA diatas, saya coba untuk mengaplikasikan untuk permasalahan diatas. Perlu diketahui bahwa elemen pemanas bersifat RESISTIF, jadi tidak ada pengaruh jika menggunakan arus listrik dengan bentuk setengah gelombang.  

Bagaimana menentukan kemampuan arus DIODA ?
Arus yang digunakan pemanas adalah 2000 Watt / 110Volt. Maka secara kasar arus yang dibutuhkan adalah I = P/V   atau sama dengan  2000 / 110 = 18.18 Ampere. Atau dibulatkan sekitar 20A. Untuk batas aman pasang DIODA dengan kapasitas diatas kebutuhan. Pada aplikasi yang saya lakukan adalah dengan memasang DIODA sebesar 25 Ampere, dengan harga Rp. 6000. Bandingkan jika harus membeli elemen pemanas baru atau membeli trafo STEP DOWN baru.
Salah satu bentuk DIODA 25A



Bagaimana cara pasangnya ?
Cara pasangnya cukup mudah, tinggal dipasang secara seri pada kabel bagian fasa atau pada kabel nol juga boleh. Dioda juga demikian bisa dibolak maupun balik juga gak papa. Pemasangan lebih baik tidak disolder melainkan dibaut saja ( takut lepas karena arus yang mengalir besar). Bisa juga menggunakan terminal kabel.
 Terminal kabel

  
Bagian bawah pemanas air ( perhatikan posisi conector listrik)

Setelah pemasangan ini, pemanas air  langsung diujicoba untuk merebus kacang tanah dalam air tentunya. Hasilnya…. Sekitar 20 menit air mendidih dan kacang masak sempurna,………. SELAMAT MENCOBA.

rangkaian untuk mengatur suhu

SENSOR SUHU


Pada rangkaian  sensor suhu, menggunakan perubahan suhu atau temperatur sebagai input untuk menggerakkan output. Suhu atau temperatur yang digunakan bervariasi mulai suhu dingin, hangat, panas dan sebagainya tergantung dari pengaturan (setting) untuk apa rangkaian akan digunakan.


Rangkaian 1
Pada rangkaian ini, input perubahan suhu mengunakan komponen thermistor (Th1) sebagai komponennya. Thermistor bekerja bersama timpot (trimer potensiometer-P1) yang berfungsi sebagai pengatur kepekaan (sensitifitas) rangkaian. Otak rangkaian berada pada Op-Amp 741 (operasional amplifier). Output dari op amp digunakan untuk mengemudikan / mengendalikan transistor Q1, yang selanjutnya memperkuat arus untuk mengendalikan relay Re1. Pada rangkaian ini suhu digunakan untuk mengendalikan beban berupa kipas angin / FAN.


Rangkaian 2
Sama dengan rangkaian 1, rangkaian 2 menggunakan Thermistor untuk mengendalikan kipas angin / Fan. Pada aplikasinya dengan sedikit modifikasi pada beban, fan 12 Volt dapat diganti dengan beban kipas angin 220 Volt. Pada rangkaian 2 Op-amp 741 diganti dengan IC LM 311 yang berfungsi sebagai Comparator / pembanding.


Rangkaian 3
Berbeda dengan kedua rangkaian diatas, pada rangkaian ini sensor suhu menggunakan komponen IC LM35 sebagai input. Dengan menggunakan IC Analog to Digital Converter ADC0804, perubahan suhu dapat ditampilkan menggunakan penampil LED.


Rangkaian 4
Rangkaian 4 sama dengan rangkaian 1 dan 2, hanya ada sedikit perbedaan yaitu penggunaan komparator menggunakan jenis IC LM 339. Untuk mengatur kepekaan rangkaian dapat mengatur perubahan hambatan pada trimpot 50K. Output dari relay dapat digunakan untuk aplikasi lain misalnya kipas angina tau rangkaian yang memerlukan sensor suhu.


Rangkaian 5
Pada rangkaian 5, masih menggunakan thermistor jenis NTC sebagai komponen pendindera suhu. Untuk otak rangkaian menggunakan IC 741 atau 301 sebagai Comparator. Output rangkaian digunakan untuk menggerakkan relay. Dari relay ini dapat dikembangkan lagi untuk mengendalikan beban-beban listrik yang memerlukan sensor suhu sebagai inputnya.


Rangkaian 6
Berbeda dengan rangkaian diatas sebelumnya, pada rangkaian 6 menggunakan sensor suhu jenis PTC dan NTC secara bersamaan. Pembagi tegangan dari kedua komponen ini di bypass melalui Diac (T2). Diac akan mengemudikan TRIAC (T1) yang akan mengendalikan Fan Motor. Pada rangkaian ini dapat menggunakan tegangan 220VAC demikian juga dengan fan dapat menggunakan fan dengan tegangan 220VAC.